Resources

Nak VIIID

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 13 Maret 2012


Senin, 12 Maret 2012

Jumat, 02 Maret 2012

Senyum

Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam merupakan seorang suami yang penuh canda dan senyum dalam kehidupan rumah tangganya.
Aisyah Radliyallahu’anha mengungkapkan, ”Adalah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam ketika bersama istri-istrinya merupakan seorang suami yang paling luwes dan semulia-mulia manusia yang dipenuhi dengan gelak tawa dan senyum simpul.” (Hadits Riwayat Ibnu Asakir)
Aisyah Radliyallahu’anha bercerita, yang artinya, “Tidak pernah saya melihat Raulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam tertawa terbahak-bahak sehingga kelihatan batas kerongkongannya. Akan tetapi tertawa beliau adalah dengan tersenyum.” (HaditsRiwayat Al-Bukhari)
Diriwayatkan At-Tirmidzi, Al-Husein Radliyallahu’anhu, cucu Rasulullah SAW menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata, ”Aku bertanya kepada Ayahku tentang adab dan etika Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau. Ayahku menuturkan, ‘Beliau Shallahu ‘alaihi wa Sallam senantiasa tersenyum, berbudi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja mengharapkan pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas…..” (Riwayat At-Tirmidzi)

  from : http://rahmawan.com/2011/05/26/hadist-senyum/

Silaturrohhim

DALAM suatu riwayat Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - : أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَكْرَمِ أَخْلاَقِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ؟ تَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ وَتُعْطِى مَنْ حَرَمَكَ وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ

image Nabi saw bersabda : Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan diakhirat? Memberi maaf orang yang mendzalimimu, memberi orang yang menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu” (HR. Baihaqi)

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim).

“Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim).

from : http://daffodilmuslimah.multiply.com/reviews/item/237?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem

Kesabaran

BURUNG SOPAN DAN SABAR...
BURUNG SOPAN DAN SABAR...AHMA ADI

1. Sabar adalah separo iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi) 2. Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar. (HR. Al Hakim)
3. Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula (pertama kali) tertimpa musibah. (HR. Bukhari)
4. Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan). (HR. Ath-Thabrani)
5. Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang bila terkena ujian dan cobaan dia bersabar. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Bahaya Iri Hati dan Dengki bagi Sebuah Persahabatan serta Persaudaraan

Penyakit Hati : Al-Hasad (Kedengkian)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ
“Ataukah mereka (orang-orang Yahudi) dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang telah Allah berikan kepadanya?”
(An-Nisa’: 54)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَلاَ تَحَاسَدُوا“
Janganlah kalian saling iri dan dengki.”
(HR. Muslim)
Dalil-dalil di atas menunjukkan haramnya hasad (iri dan dengki). Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim untuk bersungguh-sungguh menjaga dirinya dari penyakit tersebut, serta khawatir dirinya akan terjatuh padanya. Juga senantiasa berupaya membersihkan diri darinya. Karena hasad itu sangat tersembunyi di dalam jiwa, sewaktu-waktu bisa muncul dan membinasakan dirinya bahkan bisa menghancurkan persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin. Sehingga dari iri hati dan dengki itu, akan melahirkan sifat su’udzan (buruk sangka) terhadap orang lain. Sehingga pada titik lemahnya, dia pun akan berbuat fitnah terhadap siapapun yang dia merasa iri dan dengki terhadapnya terlebih dia mempunyai kepentingan karena merasa tersaingi….naudzubillahi min dzalik. Dan itu bisa dan telah terjadi diantara kita sebagai sahabat sendiri….Astaghfirullah al Adzim.

Oleh karena itulah, kebanyakan orang menolak (tidak mau menerima) kebenaran apabila orang yang membawa kebenaran itu adalah orang yang dianggap sederajat dengannya. Padahal dia akan menerima kebenaran tersebut kalau yang menyampaikan adalah gurunya atau orang yang lebih tinggi darinya.
Abu Hatim Ibnu Hibban rahimahullahu berkata:
“ Kebanyakan hasad (iri dan dengki) itu terjadi di antara aqran (orang-orang yang seumur, sekelas, seprofesi). Orang-orang yang sama profesinya, seperti para penulis, tidak akan hasad kepadanya kecuali para penulis juga. Sebagaimana para hafizh itu tidak akan hasad kepadanya kecuali para hafizh pula. Dan seseorang tidak akan mencapai suatu kedudukan dari berbagai kedudukan dunia kecuali dia pasti akan mendapati orang yang membenci dirinya karena kedudukan tersebut (karena iri dan dengki kepadanya). Maka, orang yang hasad adalah lawan yang senantiasa berusaha menentang.”
(Raudhatul ‘Uqala, hal. 136)
Asy-Syaukani rahimahullahu berkata:
“Di antara sebab yang menghalangi seseorang bersikap inshaf (adil dan ilmiah) adalah apa yang terjadi di antara orang-orang yang berlomba-lomba mendapatkan keutamaan di antara aqran (selevel). Hal itu terjadi pula dalam urusan kepemimpinan dunia maupun agama. Maka apabila setan telah mengembuskan (api hasad) pada dirinya, persaingan pun semakin sengit, sampai pada suatu tingkatan yang bisa menjerumuskan masing-masingnya untuk menolak segala sesuatu yang dibawa oleh lawannya (walaupun berupa kebenaran yang sangat jelas).
Dalam perseteruan ini, sungguh kita menyaksikan dan mendengarkan peristiwa-peristiwa yang mengherankan yang dilakukan oleh segolongan orang-orang yang berilmu layaknya perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman. Mereka menolak kebenaran yang dibawa pihak lawannya serta membantah dengan cara yang batil.”
(Adabuth Thalib, hal. 91-92)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu berkata: “Kesimpulannya, hasad adalah akhlak yang tercela. Yang sungguh memprihatinkan adalah bahwa kebanyakan hasad tersebut terjadi di antara para ulama dan thalabatul ilmi (penuntut ilmu). Terjadi pula hasad di antara para pedagang. Orang-orang yang memiliki profesi yang sama akan hasad terhadap orang-orang yang seprofesi dengannya. Namun yang paling memprihatinkan adalah hasad di antara para ulama lebih dahsyat. Hasad di antara para penuntut ilmu juga lebih dahsyat. Padahal semestinya orang-orang yang berilmu adalah orang yang paling jauh dari penyakit ini. Mereka mestinya adalah orang yang paling baik akhlaknya.
(Kitabul ‘Ilmi, hal. 74)
Al-Allamah Abdurrahman Al-Mu’allimi rahimahullahu berkata:
“ Hasad itu hakikatnya adalah apabila orang lain yang menerangkan kebenaran, maka dia (orang yang dalam hatinya ada iri dan dengki) menganggap bahwa bila dia meyakini kebenaran tersebut berarti dia mengakui kelebihan ilmu dan keutamaan orang itu, serta mengakui kebenaran yang ada pada diri orang tersebut. Sehingga akan semakin membesarkan kewibawaannya di mata umat. Barangkali orang yang mengikuti dia akan semakin banyak. Sungguh engkau akan dapati sebagian orang yang berambisi menyalahkan orang lain adalah dari kalangan ulama, walaupun dengan cara yang batil sekalipun. Hal itu terjadi karena kedengkiannya dan upaya menjatuhkan kedudukannya di mata umat. Kebanyakan terjadinya saling iri dan dengki itu adalah di antara orang-orang yang seusia, sederajat, seprofesi, atau sekelas (agran dari kalangan penuntut ilmu).”
(At-Tankil, 2/190)

Arti Teman Sejati

Alhamdulillah saya berkesempatan kembali mengisi blog makna hidup ini dengan artikel sederhana tentang arti teman sejati, semoga kita semua dapat mengambil hikmah serta pelajaran dari artikel hidup dan kehidupan ini. Pada artikel kali ini saya akan menuliskan sebuah renungan hidup terutama menyangkut persahabatan atau pertemanan dalam hidup kita atau saya sebut sebagai adab bergaul atau adab pergaulan. Pada tulisan sebelumnya, saya pernah menulis tentang makna sahabat sejati atau arti sahabat sejati dalam kehidupan kita.
Dalam lingkungan kita, banyak sekali macam-macam teman yang bisa kita jumpai, seperti teman ngobrol atau teman bicara, teman curhat, teman bergaul, teman kerja, teman sekolah, teman blogger, teman facebook dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun yang paling berarti diantara semuanya adalah teman sejati yaitu teman yang saling mengingatkan, teman yang saling menasehati, teman yang mampu memberikan motivasi, teman yang selalu mengajak pada kebenaran dan teman yang bergaul dengan diri kita karena Allah semata. Dan itulah arti teman sejati menurut pandangan saya yang awam.

Nah pada artikel renungan ini saya ingin mengulas dengan singkat kaitannya jenis teman terutama dari golongan syaitan yang menyerupai manusia atau manusia yang menyerupai syaitan. Semoga kita diberikan hidayah oleh Allah Ta’ala agar kita pandai memilih teman dan berhati-hati dalam mencari teman.
Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala telah mengingatkan kita, ”Tidaklah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan dari golongan mereka. Mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang keras. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS : Al-Mujaadilah: 14-15).
Allah Ta’ala dengan tegas melarang hamba-Nya berteman dengan syaitan, sebagaimana tercantum dalam Firman-Nya :  ”Barang siapa menjadikan syaitan sebagai teman, maka syaitan itu adalah seburuk-buruk teman.” (QS An-Nisa: 38)
Sesungguhnya seseorang bisa tergelincir bergaul atau berteman dengan syaitan dalam arti sesungguhnya. Ia dengan sadar menjadikan syaitan sebagai pelindung, penolong, dan pendamping, bahkan pemberi kekuatan.
Pertemanan dengan syaitan bisa juga dalam wujud lain, yakni bergaul dengan mereka yang memperturutkan hawa nafsunya, gemar berbuat maksiat, dan hanya sibuk dengan urusan dunia yang fana ini.
Oleh karena itu, hendaknya seseorang memperhatikan juga kepribadian orang yang hendak dijadikan sebagai teman dalam hidupnya. Teman yang tidak baik adalah ‘’sebuah penyakit” setelah kelalaian menjaga pandangan, lisan, dan perut yang bisa merusak hati, bahkan merusak segalanya.
Ini akan berbeda dengan orang yang bergaul dengan mereka yang dekat dengan Allah. Pergaulan semacam ini akan senantiasa diwarnai saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Mereka akan selalu berupaya saling tolong menolong serta berharap teman-temannya menjadi baik dan semakin baik. Mereka tidak saling memposisikan diri menjadi beban satu sama lain, tetapi justru ingin saling meringankan. Dan juga tidak menikam dari belakang. Mereka akan selalu berusaha agar sahabatnya semakin mulia dan semakin selamat di sisi Allah.
Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap lingkungan pergaulan. Jika saat ini kita tengah berada dalam lingkungan pergaulan yang sangat kotor dan buruk, mari segera kita tinggalkan dan mencari lingkungan yang lebih baik lagi. Mari kita hindari orang-orang lalai. Mari kita ingatkan mereka termasuk diri sendiri menuju kebenaran dan berusaha untuk menjadi orang benar. Mari kita hindari perkataan sia-sia dan perkataan tidak berguna.
Sebuah syair dan nasehat mengingatkan kita : “Barang siapa bergaul dengan pandai besi, niscaya akan ikut bau bakaran, bahkan bukan tidak mungkin akan ikut terbakar sekalian. Akan tetapi, barang siapa bergaul dengan penjual minyak wangi, maka tidak bisa tidak, ia akan terpapar bau harum.”
Salah memilih pergaulan berarti kita siap menyiksa dan membinasakan diri. Sebaliknya, bila bergaul dengan orang-orang taat, shaleh, berakhlak mulia, dan jernih hatinya, maka kita akan memiliki sikap serupa, insya Allah Ta’ala. Semoga kita diberikan anugerah oleh Allah Ta’ala dengan banyaknya teman yang bisa saling mengisi dan mengingatkan, teman yang mampu memberikan motivasi hidup serta teman yang selalu membawa kita pada kebaikan….Aamin.

from : http://maknahidup.blogdetik.com/2011/06/11/arti-teman-sejati/#more-144

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "